Jakarta, IGONTV.com — Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menunjukkan sikap tegas dengan ikut turun ke jalan dalam aksi solidaritas di depan kantor Trans7, Jakarta, Rabu (15/10). Kehadiran pengurus dan kader PKB di tengah ribuan santri, alumni, serta warga Nahdlatul Ulama (NU) menjadi bentuk pembelaan moral terhadap para ulama yang dinilai dilecehkan lewat tayangan program “Xpose Uncensored”.
Bendahara Umum DPP PKB, Bambang Susanto, menegaskan bahwa langkah partainya bukan sekadar solidaritas simbolik, melainkan panggilan nurani yang berakar pada nilai dan sejarah lahirnya PKB dari rahim pesantren.
“PKB tidak bisa diam ketika kehormatan ulama direndahkan. Bagi kami, menjaga muruah kiai adalah menjaga jati diri bangsa,” ujarnya di sela aksi damai tersebut.
Menurut Bambang, ulama bukan hanya tokoh agama, tetapi juga pilar moral yang membentuk karakter bangsa. Karena itu, sikap hormat terhadap para kiai adalah bagian dari etika sosial yang harus dijaga.
“Bela kiai bukan sekadar loyalitas spiritual, tetapi bentuk penghormatan terhadap akar budaya dan moralitas bangsa Indonesia,” tegasnya.
Aksi damai di depan Trans7 itu muncul setelah tayangan “Xpose Uncensored” menuai kritik tajam dari publik, terutama warga pesantren. Program tersebut dianggap menampilkan konten yang melecehkan sosok Kiai Haji Anwar Manshur, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Merespons gelombang kecaman, Direktur Produksi Trans7 Andi Chairil menyampaikan permohonan maaf terbuka. Ia mengakui adanya kelalaian dalam proses penyuntingan materi yang bersumber dari pihak eksternal.
“Kami sudah meminta maaf secara langsung kepada keluarga besar Pondok Pesantren Lirboyo dan akan memperketat pengawasan konten ke depan,” kata Andi dalam keterangan videonya.
Sementara itu, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menjatuhkan sanksi penghentian sementara terhadap program tersebut. KPI menilai terdapat pelanggaran serius terhadap Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) tahun 2012.
Ketua KPI Pusat, Ubaidillah, menegaskan bahwa lembaganya akan terus mengawasi siaran televisi agar tidak menyentuh ranah yang dapat merusak moral publik dan menyinggung kehormatan tokoh agama.
Dengan adanya sanksi dan permintaan maaf itu, PKB berharap kejadian serupa tidak terulang. “Kami ingin ruang publik tetap menjadi tempat yang menghormati nilai, bukan merendahkan martabat,” tutup Bambang.














