Jakarta, IGONTV.com – Gelombang protes besar-besaran kembali melanda Tel Aviv pada Sabtu (9/8/2025) malam. Lebih dari 100.000 orang turun ke jalan untuk menolak rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang akan meningkatkan operasi militer di Gaza, meski mendapat penolakan publik dan peringatan dari militer.
Rencana tersebut diumumkan sehari sebelumnya oleh kantor perdana menteri, yang menyebut kabinet keamanan telah menyetujui langkah merebut Kota Gaza. Kebijakan ini dinilai berisiko tinggi terhadap keselamatan para sandera yang masih ditahan oleh militan di wilayah tersebut.
Para demonstran menyerukan penghentian segera kampanye militer dan pembebasan seluruh sandera. “Ini bukan sekadar keputusan militer. Ini bisa menjadi hukuman mati bagi orang-orang yang kami cintai,” kata Lishay Miran Lavi, istri salah satu sandera, dalam orasinya. Ia bahkan meminta mantan Presiden AS Donald Trump untuk turun tangan menghentikan perang.

Survei terbaru menunjukkan mayoritas warga Israel mendukung gencatan senjata demi membebaskan sekitar 50 sandera yang tersisa. Pemerintah memperkirakan hanya 20 orang di antaranya yang masih hidup.
Kebijakan Netanyahu memicu kritik tajam, baik dari oposisi dalam negeri maupun negara-negara sekutu di Eropa. Kabinet penuh diperkirakan akan membahas dan kemungkinan menyetujui rencana tersebut pada Minggu.
Hingga kini, sebagian besar sandera yang dibebaskan merupakan hasil negosiasi diplomatik. Upaya perundingan gencatan senjata terakhir pada Juli lalu gagal mencapai kesepakatan.
Sejumlah pengunjuk rasa membawa bendera Israel, foto-foto sandera, dan poster bernada protes terhadap pemerintah. Beberapa lainnya memamerkan gambar korban anak-anak di Gaza.
Militer Israel sebelumnya memperingatkan bahwa perebutan penuh wilayah Gaza dapat memperburuk situasi sandera. Namun, sejumlah menteri sayap kanan di pemerintahan Netanyahu, seperti Bezalel Smotrich, mendorong aneksasi sebagian besar wilayah tersebut.

Netanyahu dalam wawancara dengan Fox News menyatakan niat menguasai seluruh Gaza, namun membantah bahwa Israel akan mendudukinya secara permanen.
Bagi sebagian warga, memperluas perang hanya akan memperpanjang penderitaan. “Kami tidak punya kepentingan di sana. Ini bukan urusan kami,” kata Tal, guru berusia 55 tahun yang ikut dalam aksi protes.
Penulis: Redaksi IGONTV
Editor: Muhamad Ridwan